BAB
I
PENDAHULUAN
Menafsir adalah kegiatan yang biasa
dilakukan setiap hari. Pada saat mendengar pernyataan lisan atau membaca
pernyataan tertulis dan berusaha untuk memahaminya, seseorang itu sebenarnya
tengah melakukan penafsiran (eksegese). Istilah “eksegese” berasal dari kata
Yunani “Eksegeomai” yang dalam bentuk dasarnya berarti “membawa ke luar”.
Apabila dikenakan pada tulisan-tulisan, kata tersebut berarti “membaca atau
menggali” tulisan-tulisan itu.
Pada kesempatan ini, penulis akan
mencoba untuk mengeksege salah satu dari surat yang ditulis oleh Paulus. Kolose
1:21-23. LAI memberi perikop “Keutamaan Kristus”. Paulus menulis surat ini
kepada Jemaat di Kolose sewaktu ia berada di kota Efesus. Paulus tidak melayani
secara langsung jemaat di Kolose. Yang melayani langsung jemaat Kolose adalah
Epafras.
BAB
II
ISI
Kota
Kolose terletak di pedalaman Asia di atas bukit-bukit karang berhadapan dengan
lembah Sungai Likus, tidak jauh dari kota-kota Hirapolis dan Laodikia. Berada
pada jalur perniagaan dari Timur, yang melaluinya agama-agama Asia dan
barang-barang dagangan Asia dibawa ke Roma. Penduduk Kolose terdiri atas
orang-orang Frigia yang memiliki latar belakang religius yang bersifat
emosional dan mistis. Mereka selalu berusaha mencari kepenuhan Tuhan, dan bila
ada guru-guru yang datang kepada mereka dengan suatu filsafat yang menjanjikan
suatu pengetahuan kebatian tentang Tuhan, mereka akan terpikat olehnya.
Paulus menceritakan tentang keadaan
hidup masyarakat Kristen Kolose dahulu dengan menyebut cara berpikir dan
bertindak mereka yang menolak kekuasaan Allah. Ia membicarakan hal ini kepada
jemaat di Kolose, di mana mereka telah menerima Injil dan anugerah serta hidup
di dalam kasih. Ia mengingatkan mereka bahwa Kristus telah memperdamaikan mereka
dengan Allah, dan melayakkan mereka di hadapan Allah oleh karena kematian-Nya.
Sebelum teks ini Paulus memang menerangkan tentang keutamaan Kristus, apa yang
Ia lakukan dan karya-Nya, serta tentang pribadi Kristus sendiri. Maka Paulus
melanjutkan tentang hal keselamatan. Karya Kristus yang mendamaikan Allah
dengan manusia. Dan Paulus memberi peringatan kepada mereka supaya saat ajaran
sesat masuk, mereka tidak bergeser dari Injil dan tetap teguh di dalam iman.
Dalam ayat 21 ada kalimat “jauh dari
Allah”. Kalimat ini menggunakan kata aphllotriwmenouj[1]
yang berasal dari kata allotrion (“kepunyaan
orang lain”) dengan bentuk
partisip perfek pasif akusatif maskulin jamak dan juga menggunakan kata depan
dengan genitif (dari, berasal dari) yang membuat artinya menjadi “terasing dari”.
Jadi maknanya adalah bahwa manusia (dahulu) telah terasing dari Allah.
Seakan-akan tidak mengenal-Nya terlebih menjalin hubungan dengan Allah.
Dalam ayat 22 ada kata
“diperdamaikan-Nya”. Kata ini menggunakan kata apokathllaxen[2] yang
berasal dari apokatallaso dengan
bentuk aorist indikatif aktif orang ke-3 tunggal yang berarti “Ia pernah mendamaikan”.
Hal ini pernah terjadi dan tidak diulang.
Ada
juga kalimat “menempatkan kamu kudus,….” Kata menempatkan di sini menggunakan
kata parasthsai[3] dari
kata paristemi dengan
bentuk infinitif aorist aktif yang berarti “menaruh di sisi”. Hal ini terus
menerus dilakukan atau berulang kali dilakukan.
Kristus mendamaikan manusia dengan
Allah. Hal ini hanya Ia lakukan satu kali melalui kematian-Nya di kayu salib.
Namun, Ia akan terus menerus menempatkan kita untuk berdiri dalam kekudusan dan
tidak bercela dan tidak bercacat di hadapan Allah. Ini adalah sebuah proses
yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita.
Dalam Alkitab BGT, ada kata teqemeliwmenoi[4] yang
artinya tidak muncul dalam Alkitab TB. Kata itu berasal dari kata qemeliow dalam bentuk perfek partisip pasive
maskulin jamak yang memiliki arti “diletakkan dasar” atau bisa juga “didirikan”.
Ini adalah sesuatu yang dilakukan dulu dan akibatnya tetap berlaku sampai seterusnya.
Kata ini menerangkan “Pengharapan Injil”. Jadi, jemaat di Kolose telah merima
atau diletakkan dasar oleh Epafras (orang yang melayani di Kolose) tentang
Pengharapan Injil dan mereka menerimanya. Epafras telah mendirikan iman dalam
pengharapan Injil kepada jemaat Kolose. Oleh sebab itu, karena sudah ada
fondasinya, maka jemaat Kolose dihimbau untuk tetap teguh dan tidak bergoncang,
serta tidak digeser oleh ajaran-ajaran dari luar selain Injil. Jangan sampai
ajaran-ajaran sesat itu menggeser iman mereka dari Injil kepada ajaran sesat
itu.
BAB
III
KESIMPULAN
Jemaat di Kolose yang dilayani oleh
Epafras adalah jemaat yang telah menerima Injil. Namun, mereka masih sangat
rapuh. Mudah untuk diombang-ambingkan oleh pengajaran-pengajaran atau
filsafat-filsafat lain di luar Injil. Dan Paulus, melalui suratnya ini
menegaskan kembali kepada mereka bahwa mereka bukan lagi musuh Allah. Mereka
telah diperdamaikan oleh Allah melalui kematian Jasmani Tuhan Yesus. Pendamaian
ini hanya Kristus lakukan satu kali, namun dampaknya berkelanjutan. Dan Kristus
juga telah menguduskan mereka – menempatkan mereka ke dalam kekudusan, serta
menjadikan mereka tidak bercela dan tidak bercacat di hadapan Allah. Berbeda
dengan pendamaian yang hanya Ia lakukan satu kali. Menempatkan mereka ke dalam
kekudusan adalah proses yang terus menerus Ia lakukan. Oleh sebab itu, mereka
yang telah menerima dasar tentang pengharapan Injil yang diletakkan/didirikan
oleh Epafras, harus tetap bertekun dalam iman, tidak mudah berguncang karena
dasar yang kuat, dan pengharapan mereka akan Injil tidak tergeser oleh
ajaran-ajaran sesat atau filsafat-filsafat yang masuk, yang ingin menggeser
iman mereka dari Injil.
BAB
IV
PENERAPAN
Kita yang telah percaya akan
Kristus, sudah diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Tuhan Yesus Kristus.
Yang sebelumnya kita adalah musuh Allah karena dosa-dosa kita,
perbuatan-perbuatan maupun pikiran-pikiran kita yang bercela di hadapan Allah,
membuat kita jauh dari pada-Nya. kita tidak bisa bersekutu dengannya. Namun
sekarang, haruslah kita mengucap syukur atas karya Allah melalui Tuhan Yesus yang
rela mati demi mendamaikan kita dengan Allah. Sehingga kita layak untuk
bersekutu dengan-Nya.
Pendamaian yang dilakukan oleh
Kristus hanya satu kali. Kematian-Nya hanya satu kali. Namun terus berdampak bagi
kita saat ini. Selain memperdamaikan, Tuhan Yesus juga melakukan proses terus
menerus dalam kehidupan kita, yaitu untuk menempatkan kita kudus, tak bercela,
dan tak bercacat di hadapannya. Proses ini tidak dapat kita lakukan sendiri.
Perbuatan baik kita pun tidak dapat membuat kita kudus, tak bercela, tak
bercacat di hadapan Allah. Hanya Tuhan Yesus yang sudah masuk ke dalam hati
kitalah yang memampukan kita menjalani proses pengudusan itu.
Oleh sebab itu, kita yang telah
diperdamaikan oleh Allah dan juga telah dikuduskan oleh Tuhan Yesus, hendaklah
kita tetap bertekun dalam iman kita. Iman percaya kita kepada Tuhan Yesus yang
telah kita peroleh dari Firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab. Kehidupan kita
haruslah berfondasikan iman yang kuat dan kokoh supaya walaupun ada yang dapat
mempengaruhi kita berkaitan dengan iman kita, kita akan tetap teguh, tidak
bergoncang, dan kita tidak bergeser dari Pengharapan Injil. Kita akan tetap
percaya bahwa Tuhan Yesuslah satu-satunya Pribadi yang dapat menghapus
dosa-dosa kita, mendamaikan kita dengan Allah, menguduskan kita, dan membuat
kita memperoleh keselamatan, yaitu kehidupan kekal bersama-sama dengan Dia.
BAB
V
PENUTUP
Kiranya melalui eksegese Kolose
1:21-23 ini, para pembaca akan semakin kuat dan teguh dalam iman kepada Tuhan
Yesus Kristus, karena telah menyadari bahwa Kristuslah satu-satunya Juruselamat
yang mendamaikan kita dengan Allah, yang menguduskan kita, dan memberi
keselamatan kepada kita. Tuhan Yesus memberkati.
[2] Memiliki beberapa varian: aphllaxen, apokathllaktai, apokathllaghte, apokatallageutej, namun kata
yang yang penulis pilih adalah apokathllaxen, karena ia
memiliki pendukung paling banyak dan termasuk kategori paling mungkin asli. | Eph 2:16
[3] Mat.26:53
(mengirim); Kis.23:24 (sediakan); Roma 6:13 (menyerahkan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar